The Real DM2
pic,by : shd
Al kisah disebuah gubuk perjuangan KAMMI Umar Bin Khattab saya dibina. Mengawali perjuangan Daurah Marhalah 2 di berbagai tempat, selalu saja menemukan jalan buntu. Dengan segala jenis cobaan, rintangan dan godaan yang besar. Entah akademiklah, entah godaan tempat yang jauhlah, dan entah-entah yang lain sang penghambat saya untuk melanjutkan jenjang kaderisasi di KAMMI. Memang berat,jika tak diawali dengan niat dan jiwa nekad yang kuat, untuk mulai penugasan DM2 dimanapun.
Berangkat dari Kota Kembang dengan segala niat yang terkumpul. Pernah ga sih?kalian dapet nasihat, bocoran dan spoiler mengenai pelaksanaan DM2 di setiap kota. Dengan segala cerita senang, haru, sedih, sekaligus menyeramkan dengan ciri khas uji makalah menakutkan dan resensi menyeramkan senantiasa menghiasi hati. Tak perlu extra joss dan kratingdeng untuk memacu adrenalin. Cukup ikut DM2 wkwk.
Sampailah langkah pertama menuju Kereta Api Pasundan dan hati saya makin bergejolak, ingin rasanya pulang rebahan ke kampung halaman. Namun, seiring berjalannya waktu, diperjalanan dengan niat menuntaskan bacaan MANTUBA, ternyata Allah sibukkan saya mengobrol dengan seorang bapak bapak, entah kenapa hingga lupa akan tugas yang seharusnya saya tuntaskan. melalui disiplin ilmu yang kita dalami yaitu kami berdua sama sama dari orang teknik. Berbagi pengalaman, bertukar pikiran, membahas masalah Indonesia berkaitan dengan perkejaannya yaitu beliau seorang peneliti di LIPI. Yahh itung itung pembekalan buat DM2. Walaupun lebih banyak mendengar dari pada bicara. Mungkin itu juga alasan kita diberi 2 telinga dan satu mulut. Agar lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Tapi bukan berarti yang banyak bicara, mulutnya lebih banyak dari pada telinganya. Tapi ada saatnya Allah tempakan kita menjadi pendengar yang baik. bersyukurlah gaes.
Saking menikmati perjalanan, sampai tak terasa Surabaya tak jauh lagi. Singkat cerita saya sampai di stasiun Surabaya, tak terduga Allah pertemukan dengan orang Samarinda. Memang indah rencana-Nya. Namanya Kang Imam. Teman DM2 ketiga saya setelah Kang Syahid yang kami se-kota dan se-kampus. Kita emang baru kenal. Ciri khas orang samarinda yang benar benar menampakkan semangatnya saat berbicara ,membuat cair suasana. Wawasan yang luas, pengalaman organisasi yang segudang, membuat kami tertegun. Dan tentunya banyak mengambil pelajaran darinya.
Perjalanan jauh terasa singkat. Sampailah kami bertiga di depan Pesantren Al-Ishlah, Bondowoso. Pesantren modern ala gontor. Udara sejuk menghiasi perut keroncongan. Kami menemukan warung seblak Bandung, yang sangat murah. Kami makan disana sebelum akhirnya kami mulai memasuki suasana pesantren dengan orang orang shaleh shalehah didalamnya. Kami bertemu dengan peserta dari seluruh Indonesia. Setelah diskusi cukup lama, dari perkenalan, sampe ngobrol ngaler ngidul, ternyata ketegangan kami sama sama tentang uji makalah dan resensi buku. Yahh entahlah, saatnya pasrah dan bertawakal.
Seiring berjalannya waktu. DM2 Ternyata, tak seseram apa yang di bicarakan orang. Hari hari, fajar berganti senja. Siang berganti malam. Tak lupa jiwa yang tadinya mati dipaksa bangun. Materi menarik yang menguras otak, membuat mata melek walaupun tengah malam sudah menghampiri. Banyak momen epic, yang sampai sekarang masih diingat dan tak lupa. Dari game ware wolf, team building, sampai game patung pancoran yang bikin kaki saya keseleo.bahkan sampe sekarang masih terasa hehe, mohondoanya gaes. Tapi semuanya jadi cerita yang harus dan mesti dibagikan di kampung halamannya masing masing. Untuk memacu adik adik dan kader lain yang masi AB1 tentunya.
Hari terakhir, suasana jauh berbeda dari hari pertama. Suasana kekeluargaan yang dibangun dengan Ciri khas pesantren yang mengharuskan makan bersama di nampan besar dengan porsi yang besar pula. Hal yang efektif untuk merekatkan ukhuwah walaupun Cuma 5 hari. Saya selalu salut atas usahanya kang faruq. Yang tak makan nasi selama pelaksanaan dauroh. Banyak orang yang ingin diet termasuk saya, namun imannya lemah. Mudah tergoda dengan junk food, karbo x karbo, dan jajanan lain dengan segala lemak dan kolesterol jahatnya. Tapi beliau teguh pendirian. Tak satupun nasi dimakannya. Allahu Akbar!!
Waktu pulang tiba. Dengan berat hati harus meninggalkan jember dengan segala kenangannya. Saatnya move on. Saatnya menerapkan apa yang didapat dari DM2 jember, di komsat dan kota kotanya masing masing.
Selesai penutupan, makan-makan, dan foto-foto, kami dan rombongan jombang, malang, dan solo pulang menggunakan kolbak terbuka karena tak ada bis yang kosong. Dengan segala kekhawatiran yang ada. Karena kebanyakan isi penumpangnya adalah akhwat. alhasil, ternyata salah satu penumpang akhwat mabuk berat. Teh Warni. Beiau ternyata phobia naik mobil. Ikhwan bingung. Dengan segala resiko perjalanan berlanjut. beliau bertahan menahan guncangan mobil, dan dinginnya naik kolbak terbuka. Dengan segala keyakinan dan keteguhan para penumpang, akhirnya kita sampai tujuan stasiun masing masing. Dan harus berpisah.
Terimakasih KAMMDA jember, Kang Hanif, Kang Syukron, panitia, dan peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang senantiasa membersamai kami selama 5 hari DM2.
Ditulis oleh M. Hasbie Ash Shiddiqy (PK Umar Bin Khattab Bandung)
- Alumni DM2 Jember 2020
Al kisah disebuah gubuk perjuangan KAMMI Umar Bin Khattab saya dibina. Mengawali perjuangan Daurah Marhalah 2 di berbagai tempat, selalu saja menemukan jalan buntu. Dengan segala jenis cobaan, rintangan dan godaan yang besar. Entah akademiklah, entah godaan tempat yang jauhlah, dan entah-entah yang lain sang penghambat saya untuk melanjutkan jenjang kaderisasi di KAMMI. Memang berat,jika tak diawali dengan niat dan jiwa nekad yang kuat, untuk mulai penugasan DM2 dimanapun.
Berangkat dari Kota Kembang dengan segala niat yang terkumpul. Pernah ga sih?kalian dapet nasihat, bocoran dan spoiler mengenai pelaksanaan DM2 di setiap kota. Dengan segala cerita senang, haru, sedih, sekaligus menyeramkan dengan ciri khas uji makalah menakutkan dan resensi menyeramkan senantiasa menghiasi hati. Tak perlu extra joss dan kratingdeng untuk memacu adrenalin. Cukup ikut DM2 wkwk.
Sampailah langkah pertama menuju Kereta Api Pasundan dan hati saya makin bergejolak, ingin rasanya pulang rebahan ke kampung halaman. Namun, seiring berjalannya waktu, diperjalanan dengan niat menuntaskan bacaan MANTUBA, ternyata Allah sibukkan saya mengobrol dengan seorang bapak bapak, entah kenapa hingga lupa akan tugas yang seharusnya saya tuntaskan. melalui disiplin ilmu yang kita dalami yaitu kami berdua sama sama dari orang teknik. Berbagi pengalaman, bertukar pikiran, membahas masalah Indonesia berkaitan dengan perkejaannya yaitu beliau seorang peneliti di LIPI. Yahh itung itung pembekalan buat DM2. Walaupun lebih banyak mendengar dari pada bicara. Mungkin itu juga alasan kita diberi 2 telinga dan satu mulut. Agar lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Tapi bukan berarti yang banyak bicara, mulutnya lebih banyak dari pada telinganya. Tapi ada saatnya Allah tempakan kita menjadi pendengar yang baik. bersyukurlah gaes.
Saking menikmati perjalanan, sampai tak terasa Surabaya tak jauh lagi. Singkat cerita saya sampai di stasiun Surabaya, tak terduga Allah pertemukan dengan orang Samarinda. Memang indah rencana-Nya. Namanya Kang Imam. Teman DM2 ketiga saya setelah Kang Syahid yang kami se-kota dan se-kampus. Kita emang baru kenal. Ciri khas orang samarinda yang benar benar menampakkan semangatnya saat berbicara ,membuat cair suasana. Wawasan yang luas, pengalaman organisasi yang segudang, membuat kami tertegun. Dan tentunya banyak mengambil pelajaran darinya.
Perjalanan jauh terasa singkat. Sampailah kami bertiga di depan Pesantren Al-Ishlah, Bondowoso. Pesantren modern ala gontor. Udara sejuk menghiasi perut keroncongan. Kami menemukan warung seblak Bandung, yang sangat murah. Kami makan disana sebelum akhirnya kami mulai memasuki suasana pesantren dengan orang orang shaleh shalehah didalamnya. Kami bertemu dengan peserta dari seluruh Indonesia. Setelah diskusi cukup lama, dari perkenalan, sampe ngobrol ngaler ngidul, ternyata ketegangan kami sama sama tentang uji makalah dan resensi buku. Yahh entahlah, saatnya pasrah dan bertawakal.
Seiring berjalannya waktu. DM2 Ternyata, tak seseram apa yang di bicarakan orang. Hari hari, fajar berganti senja. Siang berganti malam. Tak lupa jiwa yang tadinya mati dipaksa bangun. Materi menarik yang menguras otak, membuat mata melek walaupun tengah malam sudah menghampiri. Banyak momen epic, yang sampai sekarang masih diingat dan tak lupa. Dari game ware wolf, team building, sampai game patung pancoran yang bikin kaki saya keseleo.bahkan sampe sekarang masih terasa hehe, mohondoanya gaes. Tapi semuanya jadi cerita yang harus dan mesti dibagikan di kampung halamannya masing masing. Untuk memacu adik adik dan kader lain yang masi AB1 tentunya.
Hari terakhir, suasana jauh berbeda dari hari pertama. Suasana kekeluargaan yang dibangun dengan Ciri khas pesantren yang mengharuskan makan bersama di nampan besar dengan porsi yang besar pula. Hal yang efektif untuk merekatkan ukhuwah walaupun Cuma 5 hari. Saya selalu salut atas usahanya kang faruq. Yang tak makan nasi selama pelaksanaan dauroh. Banyak orang yang ingin diet termasuk saya, namun imannya lemah. Mudah tergoda dengan junk food, karbo x karbo, dan jajanan lain dengan segala lemak dan kolesterol jahatnya. Tapi beliau teguh pendirian. Tak satupun nasi dimakannya. Allahu Akbar!!
Waktu pulang tiba. Dengan berat hati harus meninggalkan jember dengan segala kenangannya. Saatnya move on. Saatnya menerapkan apa yang didapat dari DM2 jember, di komsat dan kota kotanya masing masing.
Selesai penutupan, makan-makan, dan foto-foto, kami dan rombongan jombang, malang, dan solo pulang menggunakan kolbak terbuka karena tak ada bis yang kosong. Dengan segala kekhawatiran yang ada. Karena kebanyakan isi penumpangnya adalah akhwat. alhasil, ternyata salah satu penumpang akhwat mabuk berat. Teh Warni. Beiau ternyata phobia naik mobil. Ikhwan bingung. Dengan segala resiko perjalanan berlanjut. beliau bertahan menahan guncangan mobil, dan dinginnya naik kolbak terbuka. Dengan segala keyakinan dan keteguhan para penumpang, akhirnya kita sampai tujuan stasiun masing masing. Dan harus berpisah.
Terimakasih KAMMDA jember, Kang Hanif, Kang Syukron, panitia, dan peserta dari berbagai daerah di Indonesia yang senantiasa membersamai kami selama 5 hari DM2.
"Banyak ilmu, hikmah dan pengalaman yang kami dapat disana. Hayu, saatnya keluar dan ekspansi dari zona nyaman. Jangan berlama lama nostalgia. Saatnya jadi seorang visioner. Jangan lupa saling doakan. Karena,Saling mendoakan lebih penting dari pada berjumpa, dan bertemu sesekali lebih menguatkan cinta dari pada selalu bersama. Berterimakasihlah pada setiap perjumpaan. Apalagi pada setiap pertemuan yang yang saling mendoakan" (U.Salim A Fillah)Satu lagi..
Sekali lagi Terimakasih teman teman dan panitia DM2 jember, serta seluruh sponsor lahir batin yang tercinta. Semoga Allah pertemukan kita semua di syurga-Nya. Tanpa hisab dan tanpa azab kubur. Kuy DPMK!"Semua yang dikira Kendala sejak awal, ternyata bukan sama sekali. Allah sebaik-baik perencana, perlahan membukakan pintu pintu hikmahnya yang luar biasa. Tapi sebagai manusia tak hanya cukup ohh.. ohh.. saja. Kekaguman dan rasa syukur atas apa yang Allah berikan mesti tercermin dalam perbuatan. Tapi saya sadar,saya masih jauh dar kata sempurna. Hanya bisa belajar.. belajar.. dan belajar. Sampai akhir hayat".
Ditulis oleh M. Hasbie Ash Shiddiqy (PK Umar Bin Khattab Bandung)
- Alumni DM2 Jember 2020
Tidak ada komentar